rumah jagal
Mereka menyebutku si liar tak bertuan,
Aku tidak tahu rupaku seperti apa, meski katanya aku berkaki empat dan memiliki moncong panjang serta gigi yang tajam
Kata ibu, dengan roman seperti itu aku jadi gagah serupa ayah
Aku jadi bingung, yang mana ayah?
Mereka menyebutku si liar tak bertuan,
Aku meniduri ibu, saudara perempuan bahkan anak gadisku sendiri
Mereka menyebutku si liar tak bertuan,
Jago berkelahi dan hidup berkelana mengais jalan demi waktu...
Mereka menyebutku si liar tak bertuan,
Mengetahui bahwa hidup punya hak sendiri, tapi kenapa hidup bukan milikku?
Aku tidak tahu kenapa diberi mengalami hidup
Aku bahkan tidak tahu siapa si pemberi hidup
Mereka menyebutku si liar tak bertuan,
Saat fajar mulai menyingsing,
Rengkuhan tangan berotot dan sayatan logam berkilau tak kuasa kutepis
Bilamana hari ini aku masih bisa bernafas, maka keesokan harinya akan dinikmati yang bernafas
Mayasari Cililitan, Jakarta Timur, 2 Oktober 2006
0 Comments:
Post a Comment
<< Home